Rabu, 31 Desember 2014

Pro Kontra Kebijakan di Indonesia

Pro dan Kontra adalah sebuah sikap. Sikap yang biasa terjadi dimana, saat seseorang mempertimbangkan atau menganalisa sebuah kebijakan. Tetapi banyak hal yang kurang tepat saat seseorang memberikaan keputusan, apakah dia akan Pro atau Kontra dalam bersikap.  

Sebagai contoh kebijakan yang dikeluarkan oleh Presiden RI ke-7 Joko Widodo (Jokowi). Kebijakan yang sangat menimbulkan Pro dan Kontra saat ini yaitu kenaikan harga BBM bersubsidi saat harga minyak dunia turun. Kebijakan tersebut memang sangat berpengaruh dalam sektor riil di Perekonomian Indonesia dalam waktu dekat ini. Karena harga minyak berhubungan positif dengan inflasi, meski sesungguhnya kenaikan harga BBM bukanlah satu-satunya penyebab naiknya inflasi di Indonesia. Tetapi naiknya harga BBM memiliki pengaruh besar dalam naiknya inflasi di Indonesia, karena seluruh biaya operasional dalam pendistribusian bahan pokok membesar, sehingga para distributor harus menaikan harga untuk menutupi biaya yang keluar dalam pengoperasionalan. 

Dalam jangka waktu dekat, memang banyak dampak negatif yang terasa di masyarakat Indonesia yang disebabkan oleh naiknya harga BBM. Tetapi, Presiden Indonesia bukan tidak memiliki alasan untuk menaikan harga BBM bersubsidi. Mungkin dalam sektor riil akan terasa positif dalam jangka panjang nanti. Tetapi untuk sektor moneter ini lebih berdampak positif dalam jangka pendek, kita tahu harga BBM bersubsidi yang naik adalah Premium yang harga sebelumnya Rp.6.500,- menjadi Rp.9.500,- dan Solar yang harga sebelumnya Rp.5.500,- menjadi Rp.8.500,-  kenaikkan ini semua bukan tanpa sebab. Kita ketahui harga minyak mentah US per 19/12/2014 US $54,11 per barel dan ini diprediksi OPEC akan terus turun hingga awal tahun 2015 nanti, dalam kondisi ini Negara tetangga seperti Malaysia menurunkan harga minyak seperti RON 97 (Pertamax Super) Rp.8.800,- ; RON 95 (Pertamax Plus) Rp.8.100,- dan Solar Rp.8.000,-  harga tiga jenis BBM ini di Malaysia mengalami penurunan sesuai dengan turunnya harga minyak dunia saat ini. Kenapa tidak ada Premium atau RON 88 di Malaysia? Karena Malaysia memang tidak menjual jenis BBM yang ini. 

Di Indonesia Harga Solar dan Premium meningkat berbanding terbalik dengan Harga Pertamax Plus di Indonesia yang mengalami penurunan. Tetapi dalam isu nya Presiden RI Joko Widodo akan kembali menurunkan harga BBM seperti Premium menjadi Rp.7.600,-. Tetapi bukan berarti warga Indonesia harus membandingkan Harga BBM di Indonesia dengan Malaysia, karena Indonesia salah satu negara yang mengkonsumsi Premium dalam jumlah besar. Sedangkan Kilan Minyak di Indonesia yang memproduksi Premium tidak dapat memenuhi permintaan tersebut, sehingga kita masih harus Import Premium. 

Kalaupun solusi terbaik adalah Indonesia menghimbau untuk penggunaan bahan bakar seperti Pertamax Plus agar lebih dimaksimalkan dalam penggunaannya, dan untuk bahan bakar Premium untuk dapat dikurangi konsumsinya, seperti, Premium hanya digunakan untuk kendaraan roda dua dan angkutan umum. Ini juga dapat merangsang konsumsi kendaraa pribadi roda empat yang sekarang merupakan masalah besar dan berkepanjangan di Indonesia. 

Minggu, 04 Mei 2014

Akuisisi

Kestabilan perekonomian Indonesia saat ini memang belum bisa dibilang "aman" hal ini disebabkan terlihatnya kebijakan yang dikeluarkan pemerintah maupun Bank Sentral sebagai pemegang otoritas moneter yang selalu berubah-ubah untuk menyesuaikan kondisi perekonomian dunia. Sebagai contohnya pemerintah mengeluarkan kebijakan tentang akuisisi salah satu bank BUMN yang dimilikinya yaitu BTN. Wacana ini sudah sering kita dengar sejak dibulan April 2014 silam. Hal ini disebabkan karena BTN yang tidak dapat mengimbangi perkembangan yang kini dialami 3 perbankan BUMN lainnya seperti BANK MANDIRI, BANK BNI, dan BANK BRI. 

Menurut data yang dikeluarkan PEFINDO ARTICLES tentang "Posisi 10 Bank terbesar tetap kuat di 2014", pada artikel yang dikeluarkan disini dijelaskan bahwa dengan prospek ekonomi tahun 2014 yang cenderung melemah, industri perbankan menghadapi tantangan terkait proyeksi pertumbuhan yang melambat, kenaikkan asset bermasalah, dan profitabilitas yang rendah. Dalam konteks ini PEFINDO meneliti kekuatan keuangan dari 10 bank sebagai panduan atas ketahanan mereka dalam menghadapi masa-masa sulit ini, mengingat kinerja mereka terus memiliki dampak besar pada kesehatan dan stabilitas industri secara keseluruhan. Berikut ini adalah Pangsa pasar menurut total aset (30 September 2013) :
1. BMRI - Bank Mandiri (15%)
2. BBRI - Bank BRI (13%)
3. BBCA - Bank BCA (11%)
4. BBNI - Bank BNI (7,8%)
5. BNGA - CIMB Niaga (5%)
6. BDMN - Bank Danamon (2,8%)
7. BNLI - Bank Permata (2,6%)
8. PNBN - Bank Panin (2,6%)
9. BNII - Bank International Indonesia (2,3%)
10. BBTN - Bank BTN (2,2%)
*sumber Data Bank Indonesia dan Laporan Keuangan Bank. 

PEFINDO menilai tingkat permodalan 10 bank berada ditingkat yang baik, berdasarkan rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio atau CAR) dan total CAR dari 10 Bank Terbesar yaitu:
1. Bank Mandiri
2. Bank Panin
3. Bank BRI
10. Bank International Indonesia

Ini adalah perbandingan dari Total aset yang dimiliki sampai saat ini :
1. Bank Mandiri (700,1)
2. Bank BRI (587,7)
3. Bank BCA (487,1)
4. Bank BNI (362,4)
10. Bank BTN (123,3)
Hal inilah yang menimbulkan kebijakan tentang nantinya BTN akan diakuisisi oleh Bank Mandiri. Karena total aset yang paling rendah dan profit sangat jauh dibandingkan dengan 3 Bank BUMN lain yang dimiliki Pemerintah saat ini. 

Namun kebijakan yang dikeluarkan tersebut tidak dapat begitu saja dijalankan. Banyak pertimbangan yang harus disiapkan Pemerintah untuk melaksakan kebijakannya. Dalam waktu dekat Indonesia akan melaksanakan Pemilihan Kepala Negara yang nantinya ditakutkan akan memberikan pengaruh politik dalam kebijakan tersebut. Belum lagi kebijakan yang dikeluarkan Kepala Negara yang baru. 

Dalam sisi lain tenaga kerja yang kini berkarir di BTN banyak tidak setuju dengan kebijakan tersebut. Karena mereka menilai akan berat bagi mereka untuk bersaing dengan tenaga kerja yang ada di Bank Mandiri. Mereka akan takut nantinya akan banyak pemutusan hubungan kerja bagi pegawai BTN karena kebijakan akuisisi ini adalah berpindahnya pengelolaan BTN yang diambil alih Bank Mandiri. Sehingga akan banyak berubah yang akan dialami BTN. 
Belum lagi para investor eksisting, kemudian program BTN yang terfokus dengan bisnis properti. 

Alangkah baiknya pemerintah tidak lakukan kebijakan tersebut. Karena BTN sedikit berbeda dengan Bank lainnya yang ada di Indonesia. Mungkin dengan cara jadikan BTN sebagai lembaga keuangan yang fokus pada properti. Karena kita ketahui nantinya Indonesia akan lebih berkembang sehingga dibutuhkan pembangunan dalam rangka menarik investor asing agar mau bergabung untuk mengembangkan Perekonomian Indonesia.